Saturday, May 30, 2015

MAKALAH MINUMAN KERAS



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Banyak dampak dari minuman keras atau miras yang dirasakan mulai dari ketidaknyamanan warga melintasi jalan, pemalakkan uang, perkelahian bahkan terjadi pembunuhan. Ini di sebabkan karena alkohol sudah menguasai akal dan pikiran mereka. Namun, tidak ada kesadaran yang mereka rasakan ketika itu semua nya terjadi, bahkan mereka bekerja seperti hanya untuk membeli minuman keras. Ini menunjukkan bahwa perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak untuk mendukung gerakan anti miras khususnya di berbagai kota untuk melindungi generasi muda dari bahaya miras.mengupayakan agar mereka tidak meniru gaya hidup keluarga ataupun kerabat mereka yang suka mengkonsumsi miras.
            Di harapkan agar pemerintah dan DPR segera menerapkan perda miras atau menutup total dan tidak memberikan izin kepada siapapun untuk menjual miras. Karena budaya masyarakat papua bukan budaya miras dan bukan budaya melakukan kriminalitas. Sorong cinta kedamaian dan menjadi kota yang aman dan kondusif.kita sebagai masyarakat papua ingin bersama-sama memajukan dan melestarikan budaya yang baik dan membuang jauh-jauh budaya yang dapat mencoret nama daerah kita sendiri. Berjuanglah memajukan dan mengisi pembangunan dengan segudang prestasi yang dimiliki anak negeri.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Minuman Keras?
2.      Bagaimana Kebudayan Masyarakat Batak dan Manado?
3.      Bagaiman Kebudayaan Masyarakat Minang atau Melayu?
4.      Apa saja Perbandingan budaya masyarakat manado dan batak dengan budaya masyarakat Melayu dan Minang terhadap hal pesta dan minuman keras?


1.3  Tujuan
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Minuman Keras
2.      Untuk Mengetahui Kebudayan Masyarakat Batak dan Manado
3.      Untuk Mengetahui Kebudayaan Masyarakat Minang atau Melayu
4.      Untuk Mengetahui Perbandingan budaya masyarakat manado dan batak dengan budaya masyarakat Melayu dan Minang terhadap hal pesta dan minuman keras

















BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Pengertian Minuman Keras
            Minuman keras (disingkat miras), minuman suling, atau spirit adalah minuman beralkohol yang mengandung etanol yang dihasilkan dari penyulingan (yaitu, berkonsentrasi lewat distilasi) ethanol diproduksi dengan cara fermentasi biji-bijian, buah, atau sayuran. Contoh minuman keras adalah arak, vodka, gin, baijiu, tequila, rum, wiski, brendi, dan soju.
            Minuman keras tidak termasuk minuman fermentasi yang tidak disuling seperti bir, tuak, anggur, dan cider. Istilah "hard liquor" (juga berarti "minuman keras") digunakan di Amerika Utara dan India untuk membedakan minuman suling dari yang tidak disuling (jauh lebih rendah kadar alkoholnya).

2.2  Kebudayan Masyarakat Batak dan Manado
            Kebanyakan orang Indonesia yang beragama Islam tidak minum minuman yang mengandung alkohol berazaskan ajaran agama tersebut. Akan tetapi tuak berposisi sebagai minuman khas Batak Toba, karena sebagian besar orang Batak Toba menganut agama Kristen yang tidak memantang minuman keras.
            Walaupun tuak merupakan minuman penting bagi orang Batak Toba, sampai sekarang studi mengenai tuak yang berfokus pada aspek sosial-budaya boleh dikatakan masih sedikit saja
            Tuak adalah salah satu minuman yang masuk dalam golongan alcohol, hasil fermentasi dari bahan minuman/buah yang mengandung gula. Umumnya tuak di daerah Sumatera Utara terbuat dari tanaman/pohon aren atau kelapa.
            Sampai sekarang, minuman tuak masih sangat merakyat di daerah Sumatera Utara apalagi untuk orang Batak Toba yang tinggal di bona pasogit atau tempat-tempat lain. Hampir di setiap kampong ada kedai yang sering dinamakan kedai tuak atau lapo tuak. Di kota Siantar dan kota-kota kecil lainnya pastilah juga terdapat beberapa kedai tuak. Walaupun tidak hanya tuak dihidangkan di kedai tersebut, namun nama kedai itu justru diambil dari minuman tuak ini.
            Bila meminum sedikit, tuak akan mencipta keramahan. Semakin banyak, tuak akan mengganggu kemampuan peminumnya untuk mengerti kejadian-kejadian penting yang berlangsung di sekitarnya. Semakin banyak diminum maka orang tersebut akan secara serius mengalami gangguan koordinasi gerak tubuh, kemampuan pikiran, membuat keputusan dan bicara. Bila semakin banyak, alcohol bisa membuat pingsan, koma dan kematian.
            Cap tikus adalah nama sebuah minuman keras asli Minahasa, Sulut.Di Maluku,miras jenis ini dikenal dengan nama Sopi (dari bahasa Belanda, Zoopje), yang berarti alkohol cair. Waranya putih bening,dengan kadar alkohol berkisar 70-80%.Cairan yang memabukkan ini bersumber dari pohon aren (enau) yang tumbuh liar di hutan-hutan tropis.Orang Minahasa menyebutnya pohon seho, atau pohon mana (nawa-nawa) kata orang Maluku tetangga dekata Monahasa.
            Konon pasukan marinir Belanda mendarat  di Manadoawal tahun 1900. Beberapa minggu setelah mereka di bumi Minahasa , mereka kehabisan stok miras. Apa nyana, pengen mabuk, mereka  mencari miras , terutama khas Eropa; Bolls, Jenewer, dan Whisky. Cari punya cari mereka tak menemukan minuman yang mereka inginkan.Peluang ini ditangkap oleh pedagang Cina Manado. Akhirnya  mereka mencari  dan mengumpulkan “seguer” asli (arak atau ballo kata orang Makassar) ke dalam botol dari penduduk di  kampung-kampung .
            Kepada  serdadu Belanda yang sudah kebelet ingin teler, pedangang Tionghoa Manado menyodorkan minuman alkohol kemasan botol   made in Inlander ; “Cap-Tikus“.Sejak saat itu minuman alkohol khas Miahasa ini dikenal dengan nama cap-tikus .
            Zat gula (glukosa) banyak  dikandung oleh buah, sayur bijian. Glukosa  ini oleh pembuat Cap Tikus  diubah menjadi alkohol dengan cara  fragmentasi (peragian) .Melalui proses ini  setiap  bakteri dan ragi akan  mengubah gula tadi menjadi etanol (alkohol). Air sadapan dari  pohon aren  dicampur dengan bubuk akar husor (agar aren  tidak menjadi gula ketika diproses menjadi Sopi). Aren yang bercampur bubuk husor tadi  lalu   dimasak dalam tungku kedap udara. Uap nya yang telah berubah menjadi zat cair bening  dialirkan ke dalam batang bambo di tampung dalam botol. Nah jadilah ia   Sopi atau Cap Tikus siap saji. Sederhana sekali.

2.3  Kebudayaan Masyarakat Minang atau Melayu
            Budaya Melayu umumnya, khasnya Melayu Riau, adalah budaya yang terbuka. Keterbukaan itulah yang menyebabkan kebudayaan Melayu menjadi majemuk dengan masyarakatnya yang majemuk pula. Kemajemukan inilah sebagai salah satu khasanah budaya Melayu yang tangguh, serta sarat dengan keberagaman. Karenanya, orang mengatakan bahwa budaya Melayu bagaikan pelangi atau taman bunga yang penuh warna warni, indah dan memukau. Salah satu khasanah budaya Melayu yang paling sarat dengan nilai-nilai utama sebagai “jatidiri” kemelayuan itu adalah adat istiadatnya atau dikatakan “adat resam”.
            Melalui proses keterbukaan itu pula adat resam Melayu menjadi kaya dengan variasi, sarat dengan simbol (lambang) dan falsafah. Kekayaan khasanah nilai itu dapat disimak antara lain dari keberagaman alat dan kelengkapan upacara adat, dari alat dan kelengkapan pakaian pakaian adat, dari bentuk dan ragam hias rumah, dari alat dan kelengkapan ruamh tangga, dari upacara-upacara adat dan tradisi, dari ungkapan-ungkapan adat (pepatah petitih, bidal, ibarat, perumpamaan, pantun, gurindam, seloka, syair dll), yang mereka warisi turun temurun.
            Karenanya, tidaklah berlebihan bila ada yang berpendapat, bahwa khasana budaya Melayu merupakan “ samudera budaya dunia”, sebab di dalam budaya Melayu memang terdapat berbagai unsur budaya dunia. Dengan sifat keterbukaan itu pula budaya Melayu mampu menyerap beragam unsur budaya luar, sehingga memperkaya khasanah budaya Melayu itu sendiri.
            Dari sisi lain, keterbukaan budaya Melayu tidaklah bermakna “terdedah tanpa penapis”, sebab adat istiadat Melayu menjadi salah satu penapis utama dari masuknya unsur-unsur negatif budaya luar. Nilai-nilai adat yang Islami itulah yang senantiasa menyaring dan memilah setiap unsur budaya luar yang masuk. Unsur yang baik mereka serap dengan kearifan yang tinggi, sedangkan yang buruk merka buang dan jauhkan.
            Sekarang, peranan adat nampaknya tidak lagi sekental dahulu, sehingga fungsi penapisnya juga turut luntur dan melemah. Akibatnya, di dalam masyarakat Melayu Riau, banyak sudah unsur-unsur negatif budaya luar yang masuk dan merebak kedalam masyarakat Melayu, terutama melanda generasi mudanya. Indikasi ini dengan mudah dapat disimak, antara lain dari berkembangnya kemaksiatan (prostitusi, perjudian, minuman keras, narkoba, tindakan kejahatan dll), yang menjangkau sampai kepelosok-pelosok perkampungan Melayu.
            Selain itu, karena menurunnya wibawa adat, menyebabkan terjadi semacam “krisis akhlak”, sehingga banyak sudah anggota masyarakat adat Melayu yang tidak lagi berperilaku sebagai “orang beradat”, tetapi berubah menjadi “orang yang emosional”, menjadi orang yang “kasar langgar”, menjadi orang yang “kehilangan sopan santun”, menjadi orang yang “bangga dengan hujat menhujat”, menjadi orang yang “berburuk sangka”, menjadi orang yang hidup “nafsu nafsi”, menjadi orang yang “mau menang sendiri”, menjadi orang yang mementingkan diri sendiri atau kelompoknya semata dan sebagainya.
            Keadaan ini tentulah sangat patut dan layak untuk disimak dan diredam, agar tidak terus menerus merebak merusak tatanan kehidupan masyarakat Melayu yang beradat dan Islami.

2.4  Perbandingan budaya masyarakat manado dan batak dengan budaya masyarakat Melayu dan Minang terhadap hal pesta dan minuman keras
            Kebudayaan Melayu identik dengan masyarakat islam yang menjunjung tinggi moral islam. Masyarakat melayu lebih memilih tertutup atau menyembunyikan bila ingin mengkonsumsi minuman keras berbeda dengan masyarakat manado dan batak yang menjadikan minuman keras sebagai kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari atau menggunakan nya dalam acara adat sekalipun.
            Kecenderungan primata termasuk manusia mengkonsumsi minuman beralkohol memang sudah ada di dalam gen selain secara budaya sudah ada sejak zaman dahulu kala. Keberadaan enzim pencerna alkohol secara alami melindungi dari bahaya alkohol di dalam tubuh sekaligus memberikan “kemungkinan” untuk menikmatinya. Itu sebabnya kita bisa mengkonsumsi juga buah seperti durian, tape atau makanan ringan brem tanpa mengalami efek samping berbahaya.
            Salah satu faktor yang mendorong berkembangnya perilaku minum minuman beralkohol adalah kebudayaan serta latar belakang kehidupan seseorang (Garry R. Collins, 2000).
                        Karena kebiasaan yang sudah membudaya ini maka muncul kecenderungan untuk merasionalkan norma-norma dan nilai-nilai menurut persepsi dan kepentingan mereka sendiri. Penyimpangan perilaku berupa minum minuman keras ini dilakukan dengan cara mengikuti arus pelaku lainnya melalui sebuah proses pembenanan, hal ini sesuai dengan teori netralisasi  yang dikemukakan oleh  Matza dan Sykes.
                        Jadi secara tidak langsung kebudayaan masyarakat ikut membantu perkembangan perilaku menyimpang di masyarakat berupa minum minuman keras.  Latar belakang kehidupan seseorang juga berpengaruh menentukan perilaku seseorang di masyarakat termasuk berbagai bentuk penyimpangan seperti minum minuman keras.
                        Orang yang pada masa kecilnya bergaul bersama dengan pemabuk tentu akan cinderung untuk menjadi pemabuk juga. Hal tersebut karena dalam lingkungan sosial, seseorang cinderung untuk berusaha diterima olah kelompok sosialnya dengan cara mengikuti perilaku dan gaya hidup mereka.

























BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan
            Faktor yang menpengaruhi seseorang menjadi alcoholic ada dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal misalnya, gen, keadaan psikologis dan kerohanian. Sedangkan faktor eksternal antara lain tingkat pendidikan, ekonomi, latar belakang kehidupan, budaya, serta kerana tidak adanya kontrol sosial di masyarakat. 

3.2  Saran
            Meminum minuman keras karena dampak negatif yang ditimbulkannya, baik itu kemiskinan, kebodohan dan penyakin yang ditimbulkan. Sayangi tubuh Anda dengan menjaganya dari  pengaruh negatif zat-zat aditif.














DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Minuman_keras
http://wkmb.weebly.com/bacaan-umum-wkmb-sintang.html
http://www.horas.web.id/2012/05/tuak-dan-efeknya.html
https://pettbone.wordpress.com/2011/12/25/miras-putih-itu-bernama-cap-tikus-2/
https://www.facebook.com/PusatInformasiKebudayaanMelayu/posts/510121482403525
http://netsains.net/2013/03/kenapa-manusia-mengonsumsi-minuman-beralkohol/
http://software-comput.blogspot.com/2013/04/makalah-minum-minuman-keras.html

MAKALAH ILMU DAN MASA DEPAN



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
            Perkembangan ilmu pengetahuan telah menjadi sebuah mata rantai kehidupan yang tak bisa dipisahkan dengan kehidupan dan eksistensi manusia. Ilmu pengetahuan yang semakin maju menjadi bukti nyata akan pemikiran manusia yang semakin kompleks. Hasil-hasil pemikiran manusia dalam keilmuan ini dapt dilihat melalui  kemajuan dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang teknologi dan komunikasi, kita telah mengenal komputer, laptop, ponsel, i-pad, dan internet, serta diluncurkannya satelit yang saat ini mengorbit bumi untuk membantu proses transmisi. Selain itu, di bidang kedokteran kita telah tak asing dengan istilah kemoterapi, kloning, vaksin, dan USG. Semua kemajuan ilmu pengetahuan itu diciptakan dengan tujuan membantu manusia dalam menjalani hidupnya. Akan tetapi, perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju ini juga diiringi dengan tantangan yang semakin berat jua. Ilmu pengetahuan yang semakin kompleks dan penemuan dalam berbagai segi yang semakin mutakhir menjanjikan risiko yang semakin tinggi pula, baik bagi manusia maupun ilmu pengetahuan itu sendiri.
            Pola pikir manusia telah berkembang begitu pesat. Manusia tak lagi mempercayai sesuatu berdasarkan mitos belaka, mereka mulai melakukan analisa secara mendalam dan kritis atas segala sesuatu. Pada masa ini mereka tak hanya berpikir kritis saja, tapi juga memikirkan dan mempertimbangkan aspek guna terhadap segala sesuatu. Semua peristiwa yang terjadi di muka bumi ini dapat diteliti melalui berbagai disiplin ilmutertentu, baik masalah sosial maupun ilmiah. Hal ini dapat dilakukan melalui telaah berdasarkan berbagai pendekatan,dari pendekatan astronomi, fisika, kimia, sosiologi, sampai psikologi. Berbagai pendekatan dari berbagai disiplin ilmu ini telah mengalami spesialisasi studi sehingga satu bidang dapat mengkaji permasalahan di bidangnya dengan lebih optimal. Akan tetapi spesialisasi studi seperti ini juga menimbulkan sebuah problema, yakni arogansi disiplin ilmu yang menganggap bidangnya yang paling penting, mengabaikan eksistensi ilmu sebagai hal yang selayaknya dikembangkan demi kesejahteraan umat manusia, bukan menimbulkan kekacauan sosial atau bahkan kekacauan alam.
            Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat dan cenderung meniru budaya barat bisa jadi menciptakan sebuah alienasi budaya. Orang merasa asing dengan budayanya sendiri. Kaum muda tidak lagi at home dengan kebudayaan yang telah membentuk identitas sosialnya. Kemajuan-kemajuan memungkinkan banyaknya pilihan (multiple options) dan membuka kesempatan tumbuhnya materialisme dan rasionalisme dengan luar biasa. Tuntutan hidup begitu tinggi. Kemakmuran yang dicapai tidak terkendali, gaya hidup menjadi konsumtif dan hedonistik. Manusia pribadi yang menjadi begitu sibuk untuk mempertahankan hidup menyuburkan sosok individualistik. Kaya dan sukses dari segi materi jadi satu-satunya tujuan hidup.

1.2    Identifikasi Masalah
1.      Apa Pengertian Ilmu dan Masa Depan?
2.      Bagaimana Gambaran Perkembangan Ilmu di Masa Depan?
3.      Jelaskan Tantangan dan Masa Depan?
4.      Bagaimana Menjawab Tantangan dan Menatap Masa Depan Ilmu?
5.      Jelaskan Ilmu dalam Perspektif Agama dan Masa Depan Manusia?
6.      Apa Hubungan Kemajuan, Ilmu dan Krisis Kemanusiaan?
7.      Apa Hubungan Agama, Ilmu, dan Masa Depan Manusia?

1.3    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui Pengertian Ilmu dan Masa Depan
2.      Mengetahui Gambaran Perkembangan Ilmu di Masa Depan
3.      Mengetahui Tantangan dan Masa Depan
4.      Mengetahui Menjawab Tantangan dan Menatap Masa Depan Ilmu
5.      Mengetahui Ilmu dalam Perspektif Agama dan Masa Depan Manusia
6.      Mengetahui Kemajuan, Ilmu dan Krisis Kemanusiaan
7.      Mengetahui Agama, Ilmu, dan Masa Depan Manusia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Ilmu dan Masa Depan
            Menurut bahasa, arti kata ilmu berasal dari bahasa Arab (ilm), bahasa Latin (science) yang berarti tahu atau mengetahui atau memahami. Sedangkan menurut istilah, ilmu adalah pengetahuan yang sistematis atau ilmiah. Perbedaan ilmu dan pengetahuan yaitu : Secara umum, Pengertian Ilmu merupakan kumpulan proses kegiatan terhadap suatu kondisi dengan menggunakan berbagai cara, alat, prosedur dan metode ilmiah lainnya guna menghasilkan pengetahuan ilmiah yang analisis, objektif, empiris, sistematis dan verifikatif. Sedangkan pengetahuan (knowledge ) merupakan kumpulan fakta yang meliputi bahan dasar dari suatu ilmu, sehingga pengetahuan belum bisa disebut sebagai ilmu, tetapi ilmu pasti merupakan pengetahuan.
            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode ilmiah tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan kondisi tertentu dalam bidang pengetahuan. Sedangkan  dalam Wikipedia Indonesia, Pengertian Ilmu/ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menemukan, menyelidiki dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai bentuk kenyataan dalam alam manusia.

Beberapa ahli telah menuliskan Pengertian Ilmu, yaitu sebagai berikut :
1)      Karl Pearson
Ilmu merupakan keterangan yang konsisten dan komprehensif tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.

2)      Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag
Ilmu merupakan umum, rasional, empiris dan sistematik serta serentak.


3)      Afanasyef
Ilmu merupakan pengetahuan manusia yang meliputi masyarakat, pikiran dan alam. Selain itu, ilmu mencerminkan alam dan kategori, konsep-konsep dan hukum-hukum, dimana kebenaran dan ketetapannya diuji dengan pengalaman yang praktis.

4)      Ashely Montagu
Ilmu merupakan pengetahuan disusun dalam satu sistem yang berasal dari studi, pengamatan dan percobaan untuk menentukan dasar prinsip tentang hal yang sedang dikaji.

5)      John G. Kemeny
Ilmu merupakan semua pengetahuan yang dikumpulkan dengan menggunakan metode ilmiah. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa ilmu merupakan produk atau hasil dari sebuah proses yang dibuat dengan menggunakan metode ilmiah sebagai suatu prosedur/cara.

6)      The Liang Gie
Ilmu merupakan suatu rangkaian kegiatan manusia yang bersifat rasional dan kognitif dengan metode berupa prosedur dan langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala alam, masyarakat, atau keorangan guna mencapai kebenaran. memperoleh pemahaman dan memberikan penjelasan.

7)      Shapere
Pengertian Ilmu mencakup adanya rasionalitas, generalisasi dan sistematisasi.

8)      Schulz
Pengertian Ilmu mencakup logika, adanya interpretasi subjektif dan konsistensi dengan realitas sosial.
Dalam Pengertian Ilmu, ada lima sifat ilmiah sebagai syarat-syarat ilmu yaitu antara lain :
1.      Sistematis. Ilmu harus memiliki keterkaitan dan terumuskan dalam hubungan yang logis dan teratur sehingga suatu sistem akan membentuk secara utuh, terpadu , menyeluruh dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat yang menyangkut objeknya.
2.      Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang meliputi golongan masalah yang sama dengan sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Kajian objeknya bersifat ada atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya (bukan hasil prasangka/dugaan).
3.      Analisis/metodis. Secara umum, metodis diartikan sebagai metode tertentu yang digunakan dan merujuk pada metode ilmiah atau upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan yang bertujuan mencari kebenaran ilmiah.
4.      Universal. Ilmu bersifat umum atau kebenaran yang hendak dicapai.
5.      Empiris. Ilmu hasil percobaan atau panca indera.

            Sedangkan Masa depan adalah  masa yang paling depan, setelah itu sudah tidak ada masa lagi di depannya. Kalau masa depan diartikan dengan masa rumah tangga bagi generasi muda atau masa tua bagi orang yang sudah memasuki kehidupan keluarga, berarti masa itu bukan masa depan karena di depannya masih ada masa lagi. Sedangkan masalah keadaan masa depan, di mana harus diperlukan persiapan khusus, menurut pendapat penulis, masa tersebut sangat rawan sekali, yang banyak memungkinkan bencana-bencana besar bagi siapa yang memasukinya apabila tidak memiliki persiapan dengan baik.Apabila masa depan diartikan secara salah, seperti diartikan masa rumah tangga, atau masa tua, maka persiapan seseorang akan dikonsentrasikan secara penuh kepada hal-hal yang di atas. Akibatnya ia mungkin akan berhasil pada masa itu tetapi akan mendapatkan kehancuran ketika ia memasuki kepada masa depan yang sesungguhnya, karena mereka sebelumnya tidak mempersiapkan ke arah sana.
            Di dalam kondisi industrialisasi seperti sekarang ini, tidak sedikit para orang tua dan generasi muda yang memandang kehidupan  di dunia ini dipandang sebagai masa depannya, sehingga seluruh kegiatan-kegiatan mereka mengacu pada hal-hal yang dapat meningkatkan prestasi kehidupan duniawi, mereka tidak segan-segan mengorbankan segala yang dimiliki untuk kesuksesan dunia.

2.2    Gambaran Perkembangan Ilmu di Masa Depan
            Ilmu merupakan modal utama, subyek, dan juga obyek atas perkembangan segala sesuatunya yang ada di dunia ini. Manusia berlomba-lomba melakukan pengembangan, penelitian, dan riset sehubungan dengan ilmu pengetahuan. Bahkan agama menegaskan pentingnya menuntut ilmu.
            Ilmu berasal dari bahasa Arab ‘alimaya’lamu, atau kata sains dari scio atau scrio yang berarti untuk mencari tahu ( to know dalam bahasa Inggris). Secara terminologi, ilmu atau sains adalah pengetahuan dengan ciri-ciri, tanda-tanda, dan syarat-syarat tertentu. Menurut Ensiklopedia Indonesia, ilmu pengetahuan yaitu suatu sistem dari pelbagai ilmu pengetahuan tertentu yang telah diatur dan disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu sehinngga menjadi kesatuan yang utuh sebagai hasil penelitian yang telah dilaksanakan secara teliti dengan menggunakan metode tertentu. Ilmu secara bahasa adalah pengetahuan tentang sesuatu yang disusun secara sistematis menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang tersebut ( Bakhtiar:2005 ).
            Ilmu memiliki sifat fleksibel, akan terus berkembang sesuai perkembangan zaman atau kebudayaan dan juga kemampuan bepikir manusia. Kemajuan perkembangan ilmu dalam berbagai segi ini bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Akan tetapi, selalu ada sisi negatif di tiap hal yang eksis di muka bumi ini. Perkembangan dan kecanggihan sebuah konsep ilmu turut menimbulkan kekhawatiran bagi manusia. Ilmu dan teknologi yang semakin maju juga menimbulkan degradasi nilai. Manusia tergantung pada benda-benda yang dikembangkan dari ilmu pengetahuan, seolah tak bisa bekerja tanpa mereka. Akan tetapi produk tersebut memang dibutuhkan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan mereka.
            Hingga saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat. Telah banyak fasilitas yang tecipta demi terwujudnya kemudahan dalam aktivitas manusia. Sejak suksesnya penelitian rekayasa genetika terhadap makhluk hidup yang telah dirintis oleh Dr. Gurdon dari Medical Research Council Laboratory of Molecular Biology, Universitas Cambridge, Inggris pada tahun 1961, teknologi ini seperti menjadi ‘mainan baru’ yang tak bosan diotak-atik oleh para ilmuan genetika. Jika pada masa itu mereka berhasil melakukan kloning pada katak, kapankah teknologi tersebut berhasil pada manusia? Ide melakukan kloning pada manusia ini tampaknya terus menjadi perbincangan oleh berbagai kalangan, dan menjadi kontroversi. Teknologi kloning ini dikritisi oleh 19 negara Eropa pada tahun 1997 dengan menandatangani pakta yang menyebutkan bahwa mengklon manusia merupakan pelanggaran martabat manusia dan merupakan penyalahgunaan ilmu. Belum lagi dalam perspektif agama teknik rekayasa genetika tak layak diteruskan karena terkesan membuat manusia berusaha menjadi tuhan, dengan memanipulasi teknologi untuk menciptakan makhluk hidup.
            Hal-hal apa saja yang bisa terjadi di masa yang akan datang? Untuk menjawabnya, kita bisa melihat perkembangan yang terjadi pada masa ini dan melakukan prediksi. Sejumlah peristiwa yang terjadi tentunya telah memberikan gambaran atas apa yang akan kita hadapi di masa depan. Hal-hal tersebut adalah:

Perubahan Lingkungan Hidup, meliputi:
1.      Jumlah penduduk yang bertambah
2.      Krisis air bersih untuk kebutuhan rumah tangga dan industri
3.      Krisis lahan untuk tempat tinggal, kawaasan industri, dan hutan
4.      Rusaknya ekosistem
5.      Musnahnya sejumlah organisme baik di darat maupun air
6.      Meningkatnya suhu bumi karena efek rumah kaca
7.      Meningkatnya risiko hujan asam

Degradasi Moral. Diprediksi pada masa yang akan datang masyarakat akan mengedepankan prisip individualis dan kurangnya interaksi sosial. Dapat pula dikatakan akan terjadi krisis kemanusiaan karena gagasan, ide, atau ideologi yang tak utuh dan salah interpretasi. Contohnya gerakan emansipasi wanita yang dimanfaatkan sejumlah perusahaan. Gerakan feminisme yang menuntut wanita diberi lapangan pekerjaan yang sama dengan pria membuat perusahaan merekrut pekerja wanita lebih banyak dengan pertimbangan lebih mudah diatur, pekerjaan yang lebih rapi, dan upah yang lebih rendah. Hal ini menyebabkan kaum pria sulitt mendapatkan pekerjaan, dan wanita menjadi merasa superior. Para pria yang menganggur ini berpotensi melakukan tindak kriminal karena alasan ekonomi akibat tak memiliki pekerjaan. Selain itu fenomena globalisasi juga berperan dalam masalah moral. Gaya hidup budaya barat yang cenderung individual, konsumtif, dan hedonis turut menjadi ancaman.


Perkembangan Sains dan Teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)  di masa depan diprediksi akan:
·         Perkembangan signifikan pada bidang fisika, serta inovasi dan aplikasi terhadap penelitian laser.
·         Pemurnian bidang proses kontrol sistem pada studi mekanik, biologi, dan elektronik
·         Meningkatnya kualitas, fungsi, dan penggunaan media massa
·         Usaha restorasi lingungan
·         Peningkatan fungsi komputer dan gadget
·         Kerja sama internasional di bidang dagang, perekonomian, teknologi, dan komunikasi-informasi
·         Robot-robot dan mesin-mesin pengganti tenaga manusia; hal ini berpotensi menyebabkan meningkatnya pengangguran.
·         Perkembangan pesat di sektor bioteknologi, genoteknologi, dan ekoteknologi


·         Pendidikan Nasional. Kualitas kemampuan intele sumber daya ,anusia dituntut memiliki kemampuan memadai dalam hal intelektual, kemampua bahasa atau komunikasi, dan kemampuan intelektual.

2.3 Tantangan dan Masa Depan
            Filsafat dan Ilmu adalah dua hal yang saling terikat satu sama lain, baik secara subtansial maupun historis. Karena, ilmu lahir tidak lepas dari peran filsafat, begitu pun sebaliknya, peranan ilmu dapat memperkuat keberadaan filsafat. Keberadaan filsafat secara historis, mampu merubah pola pikir bangsa yunani dan umat manusia yang awalnya berpandangan mitosentris menjadi logosentris. Yang awalnya berpandangan bahwa semua yang terjadi di alam jagad raya ini adalah kehendak dewa, kini justru dirubah menjadi pola rasio yang memang terjadi secara teoritis dan sistemik.
            Pola pikir yang berubah pesat dari pola mitosentris menjadi logosentris ini, tidak berdampak kecil bagi kelangsungan hidup manusia. Alam yang tadinya ditakuti karena kepercayaan dan ketakutan kepada dewa sangat tinggi, kini dapat didekati bahkan dieksploitasi. Perubahan itu dapat kita jumpai pada temuan-temua hokum alam dan teori-teori ilmiah, yang hari ini banyak dipelajari dan menjadi acuan akademik. Semua gejala yang terjadi, baik alam jagad raya ini (makrokosmos) maupun gejala yang terjadi pada alam kemanusiaan, dapat kita analisa melalui berbagai macam disiplin ilmu. Untuk mengkaji alam jagad raya ini, dapat kita lakukan dan kita temukan dengan pendekatan astrologi, fisikia, kimia, dll. Sedangkan alam kemanusiaan dapat kita jumpai dengan pendekatan sosiologi, biologi, psychology, dll. Ilmu-ilmu tersebut kemudian terspesialisasikan, dan dipersempit, sehingga bersifat aplikatif dan sangat dapat dirasakan manfaatnya.
            Ilmu yang terspesialisasikan baik kedalam pendekatan makrokosmos maupun mikrokosmos, kemudian dalam perkembanganya, Ilmu terbagi kedalam beberapa disiplin yang membutuhkan pendekatan, objek dan ukuran yang berbeda-beda antar disiplin ilmu yang satu dengan lainya. Sehingga, cabang ilmu semakin subur dengan segala varietasnya.
            Ilmu yang kemudian terbagi kedalam variasinya masing-masing itu, kemudian tak dapat dipungkiri terbentuknya sekat-sekat antar disiplin ilmu lainya, sehingga muncul arogansi-arogansi antar ilmu tersebut, bahkan bukan hanya sekat dan arogansinya, akan tetapi akan terjadi pemisahan antara ilmu dengan cita luhurnya yang bertujuan untuk menyejahterakan umat manusia. Bahkan lebih bahaya lagi jika kemudian, ilmu menjadi bencana bagi kehidupan umat manusia, sehingga menimbulkan kekacauan sosial dan kekacauan alam yang belakangan juga sudah kita rasakan, seperti adanya pemanasan global dan dehumanisasi di sekitar kita.
            Kekacauan-kekacauan yang melanda, baik alam makrokosmos maupun mikrokosmos yang sudah terdeskripsi itulah, yang kemudian menjadi sebuah tantangan sekaligus menjadi masa depan ilmu. Karena bak 2 bilah pisau, semakin ilmu berkembang dan maju, justru semakin besar kekhawatiran yang timbul, sedangkan tidak ada otoritas manapun yang mampu membendung laju ilmu tersebut.
            Seiring dengan perkembangan Ilmu, Kant mengatakan bahwa, apa yang dikatakan rasionalitas itu adalah masuk akal, dan ilmu yang berdasarkan rasionalitas tidak memiliki batas kecuali rasionalitasnya sendiri, sedangkan rasionalitas tak terbatas oleh apapun kecuali oleh hokum alam, bahkan tidak ada yang mengetahui sampai mana batasan hokum alam, baik batasan ruang maupun waktu. Maka Ilmu akan tetap melaju sampai mana Ilmu itu dibutuhkan.

2.4  Menjawab Tantangan dan Menatap Masa Depan Ilmu
            Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, tetapi kenyataannya telah menimbulkan keresahan dan ketakutan baru bagi kehidupan manusia. Ibarat cerita raja midas yang menginginkan setiap yang disentuhnya menjadi emas, ternyata ketika keinginan dikabulkan dia tidak semakin senang tetapi justru menjadi sebaliknya.

            John Naissbitt mengatakan bahwa, era informasi menimbulkan gejala mabuk teknologi, yang ditandai dengan beberapa Indikator, yaitu; 1) Masyarakat lebih menyukai penyelesaian masalah secara kilat; 2) masyarakat takut dan memuja teknologi; 3) masyarakat mengaburkan antara yang nyata dan yang semu; 4) masyarakat menerima kekerasan sebuah hal yang wajar; 5) masyarakat mencintai teknologi dalam bentuk mainan; 6) masyarakat menjalani kehidupan yang berjarak dan terenggut.
            Naisbitt ingin mengingatkan bahwa, ketika manusia mulai memuja dan menjadikan teknologi sebuah patron tunggal dalam menjalani kehidupan, maka yang sebenarnya terjadi adalah, Ilmu itu telah kehilangan ruh fundamentalnya, karena Ilmu telah mengeliminir peran manusia dan menjadikan manusia sebagai budaknya.
            Dengan demikian, Ilmu memerlukan sebuah instrument agar mampu menempatkan ilmu tetap pada tempatnya, dan instrument itu adalah filsafat. filsafat yang kemudian mengembalikan ruh dan tujuan luhur Ilmu, agar Ilmu tidak menjadi boomerang bagi kehidupan umat manusia. Di samping itu, salah satu tujuan filsafat ilmu adalah mempertegas bahwa Ilmu dan perkembangannya merupakan sebuah instrument, bukan Tujuan. 
            Kemajuan Ilmu seiring perjalananya, membuat manusia ingin mendapatkan segala apa yang diinginkan. Sehingga, kemajuan ilmu menjadi sebuah komoditas untuk dapat meraih segala keinginanya secara instant.

2.5 Ilmu dalam Perspektif Agama dan Masa Depan Manusia
            Agama dan ilmu dalam beberapa hal menunjukan perbedaanya, namun pada sisi tertentu memiliki kesamaan. Agama lebih mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual) yang cenderung ekslusif, dan subjektif. Sementara ilmu selalu mencari hal baru dan tidak perlu terikat dengan etika progresif. Agama memberikan ketenangan dari segi batin, karena ada janji kehidupan setelah mati. Sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di dunia.

            Karena bagi masyarakat beragama, walaupun Ilmu memiliki perbedaan yang konfrehensif, baik dalam fase rohani dan fase kebutuhan jasmani, ilmu adalah bagian yang tak dapat dipisahkan dari nilai ketuhanan, karena sumber ilmu yang hakiki adalah Tuhan, karena manusia hanya menemukanya melalui pendekatan-pendekatan dan disiplin ilmu secara tersistematis, dengan kemudian merekayasanya, dan menjadikanya sebuah instrument penting dalam kehidupan. Karena manusia berbeda dengan ciptaan Tuhan lainya, manusia diberikan daya pikir berbeda dengan makhluk lainya. Daya pikir inilah yang kemudian menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi.
            Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah hidupnya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut tidak mampu menumbuhkan moralitas (ahlak) yang mulia. Dunia modern saat ini, termasuk di indonesia ditandai oleh gejala kemerosotan akhlak yang benar-benar berada pada taraf yang menghawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Untuk memahami gerak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian itu, maka kehadiran agama sangatlah penting. Agama menjadi salah satu faktor pendukung dan sangat utama dalam perkembangan ilmu. Merujuk pada realita mengenai Indonesia yang memiliki penduduk (muslim) terbesar di dunia, membuktikan bahwa posisi agama di Indonesia sangat penting.
            Dalam waktu yang sama, antara manusia, daya pikir dan temuan-temuanya, semua itu harus bertanggung jawab dalam balut transcendental, tanggung jawab pada Penciptanya. Karena, daya pikir tersebut tidak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia sebagai ciptaan-Nya. Sehingga, konsekuensi logisnya, manusia tidak hanya bertanggung jawab pada manusia saja, melainkan sebab dan akibat yang ditimbulkan oleh daya pikirnya pun turut serta bertanggungjawab di hadapan Tuhan sebagai Penciptanya
            Akan tetapi, walaupun Agama mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan hampir semua kitab suci menganjurkan umatnya untuk mencari ilmu sebanyak mungkin, disi lain perlu juga diingat bahwa, ikatan agama yang terlalu kaku dan terstruktur, kadang kala mempersempit laju perkembangan Ilmu. Karena itu, perlu kejelian dan kecerdasan dalam memperhatikan sisi kebebasan dalam ilmu, dan system nilai dalam agama, agar tidak terjadi benturan dan bertolak belakang antara ilmu dan agama.
            Penataan laju perkembangan ilmu berdasarkan system nilai agama, kemudian mampu menjadikan Ilmu tetap berjalan, dan nilai agama yang berlaku menjadi control sosial dalam menata laju ilmu dengan memperhatikan Lingkungan sekitar. Dengan demikian, dapatlah sebuah penjagaan terhadap alam, baik alam makrokosmos maupun alam mikrokosmos yang tidak lepas daripada kehidupan kita.


2.6    Kemajuan, Ilmu dan Krisis Kemanusiaan
            Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, tetapi kenyataannya teknologi telah menimbulkan keresahandan ketakutan baru bagi kehidupan manusia ibarat cerita raja midas yang menginginkan setiap yang disentuhnya menjadi emas ternyata ketika keinginan dikabulkan dia tidak smakin senang tetapi, semakin, gila.
            Ternyata teknologi layar mampu membius manusia untuk tunduk kepada layar dan mengabaikan yang lain. Jika manusia tidak sadar akan hal ini maka dia akan kesepian dan kehilangan sesuatu yang amat penting dalam dirinya yakni kebersamaan hubungn kekeluargaan, dan, social yang, hangat.
            Karena itu, wajar kemudian timbul kontroversi di berbagai negara apakah pengembanan rekayasa genetik untuk manusia dibolehkan atau tidak. Bagi negara-negara liberal rekayasa genetik untuk manusia diperbolehkan bahkan didukung oleh pemerintah sedangkan para negara-negara yang konserpatif pengembangan fekayasa yang menjurus kepada perubahan manusia secara total amat ditentang. Pemusnahan embriao manusia tidak jadi diklon dianggap sebuah bentuk kekejian yang tidak normal.
            Bila memacu pada pengertian diatas, pengetahuan merupakan mengetahui sesuatu tanpa ada ragu. Misalkan bila cuaca gelap pasti akan turun hujan. Pernyataan tersebut kita yakini tanpa ragu walaupun orang yang kita anggap pintar akan mengatakan bila cuaca gelap pasti akan panas. Kita akan tetap pada pendirian kita karena kita mengetahui hal tersebut tanpa ragu. Hal ini yang disebut pengetahuan yang sebatas hanya mengetahui tanpa ragu ( sekedar tahu ), akan tetapi berlanjut kepada timbul pernyataan mengapa hal itu bias terjadi atau penyebab dari hal itu. Jawaban dari pertanyan atas peristiwa yang telah dicontohkan diatas, itu baru merupakan sebuah ilmu. Jadi ilmu itu tidak hanya sebatas tahu, tapi bagaimana kita memahami dari pengetahuan tersebut.

Berikut Pandangan lain mengenai  Kemajuan, Ilmu dan Krisis Kemanusiaan :
§  Suatu kenyataan yang tampak jelas dalam dunia modern yang telah maju ini, ialah adanya kontradiksi-kontradiksi yang mengganggu kebahagiaan orang dalam hidup. Kemajuan industri telah dapat menghasilkan alat-alat yang memudahkan hidup, memberikan kesenangan dalam hidup, sehingga kebutuhan-kebutuhan jasmani tidak sukar lagi untuk memenuhinya. Seharusnya kondisi dan hasil kemajuan itu membawa kebahagiaan yang lebih banyak kepada manusia dalam hidupnya. Akan tetapi suatu kenyataan yang menyedihkan ialah bahwa kebahagiaan itu ternyata semakin jauh, hidup semakin sukar dan kesukaran-kesukaran material berganti dengan kesukaran mental. Beban jiwa semakin berat, kegelisahan dan ketegangan serta tekanan perasaan lebih sering terasa dan lebih menekan sehingga mengurangi kebahagiaan.
§  Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah hidupnya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut tidak mampu menumbuhkan moralitas (ahlak) yang mulia. Dunia modern saat ini, termasuk di indonesia ditandai oleh gejalah kemerosotan akhlak yang benar-benar berada pada taraf yang menghawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Untuk memahami gerak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian itu, maka kehadiran filsafat ilmu berusaha mengembalikan ruh dan tujuan luhur ilmu agar ilmu tidak menjadi bomerang bagi kehidupan umat manusia.
§  Dalam masyarakat beragama, ilmu adalah bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki adalah dari Tuhan. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan mahluk yang lain, karena manusia diberi daya berfikir, daya berfikir inilah yang menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi. Pada waktu yang bersamaan, daya pikir tersebut menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan. Sehingga dia tidak hanya bertanggung jawab kepada sesama manusia, tetapi juga kepada pencipta-Nya.
§  Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini lebih merupakan pembatasan masing-masing bidang yang ditelaah, yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, dan tidak mencirikan cabang filsafat yang otonom. Ilmu memang berbeda dengan pengetahuan-pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, di mana keduanya mempunyai ciri-ciri yang sama.
§  Pertama, filsafat ilmu ingin menjawab pertanyaan laandasan ontologis ilmu; obyek apa yang ditelaah? Bagaimana korelasi antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berfikir, merasa dan mengindera) yang menghasilkan ilmu? Dari landasan ontologis ini adalah dasar untuk mengklasifikasi pengetahuan dan sekaligus bidang-bidang ilmu. Noeng Muhadjir dalam bukunya flsafat ilmu mengatakan, ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus, menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.
§  Menurut Jujun S. Suriasumantri dalam Pengantar Ilmu dalam Perspektif mengatakan, ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. Tiang penyangga yang  kedua adalah Epistimologi ilmu  atau teori pengetahuan. Ini merupakan cabang filsafat yang berurusan dengan hakekat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
§  Dengan demikian adanya perubahan pandangan tentang ilmu pengetahuan mempunyai peran penting dalam membentuk peradaban dan kebudayaan manusia, dan dengan itu pula tampaknya, muncul semacam kecenderungan yang terjalin pada jantung setiap ilmu pengetahuan dan juga para ilmuwan untuk lebih berinovasi untuk penemuan dan perumusan berikutnya.
§  Kecenderungan yang lain ialah adanya hasrat untuk selalu menerapkan apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan, baik dalam dunia teknik mikro maupun makro. Dengan demikian tampaklah bahwa semakin maju pengetahuan, semakin meningkat keinginan manusia, sampai memaksa, merajalela, dan bahkan membabi buta. Akibatnya ilmu pengetahuan dan hasilnya tidak manusiawi lagi, bahkan cenderung memperbudak manusia sendiri yang telah merencanakan dan menghasilkannya. Kecenderungan yang kedua inilah yang lebih mengerikan dari yang pertama, namun tidak dapat dilepaskan dari kecenderungan yang pertama.
§  Kedua kecenderungan ini secara nyata paling menampakkan diri dan paling mengancam keamanan dan kehidupan manusia, dewasa ini dalam bidang lomba persenjataan, kemajuan dalam memakai serta menghabiskan banyak kekayaan bumi yang tidak dapat diperbaharui kembali, kemajuan dalam bidang kedokteran yang telah mengubah batas-batas paling pribadi dalam hidup manusia dan perkembangan ekonomi yang mengakibatkan melebarnya jurang kaya dan miskin. Ilmu pengetahuan dan teknologi akhirnya mau tak mau mempunyai kaitan langsung ataupun tidak, dengan setruktur sosial dan politik yang pada gilirannya berkaitan dengan jutaan manusia yang kelaparan, kemiskinan, dan berbagai macam ketimpangan yang justru menjadi pandangan yang menyolok di tengah keyakinan manusia akan keampuhan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghapus penderitaan manusia.
§  Kedua kecenderungan di atas yang ternyata condong menjadi lingkaran setan ini perlu dibelokkan manusia sendiri sehingga tidak menimbulkan ancaman lagi. Kesadaran akan hal ini sudah muncul dalam banyak lingkungan ilmuwan yang prihatin akan perkembangan teknik, industri, dan persenjataan yang membahayakan masa depan kehidupan umat manusia dan bumi kita. Untuk itulah maka epistimologi ilmu bertugas menjawab pertanyaan; bagaimana proses pengetahuan yang masih berserakan dan tidak teratur itu menjadi ilmu? Bagaimana prosedur dan mekanismenya?
§  Tiang penyangga filsafat ilmu yang ketiga adalah aksiologi ilmu; Ilmu adalah sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga, manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan, komonikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
§  Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah dan penyelamat bagi manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu pengetahuan, manusia dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya pembuatan bom yang pada awalnya untuk memudahkan kerja manusia, namun kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang menimbulkan malapetaka bagi manusia itu sendiri. Di sinilah ilmu harus diletakkan secara proposional dan memihak pada nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan. Sebab, jika ilmu tidak berpihak kepada nilai-nilai, maka yang terjadi adalah bencana dan malapetaka.
§  Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari siilmuwannya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggungjawab seorang ilmuwan haruslah dipupuk dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab akademis, dan tanggung jawab moral.

2.7 Agama, Ilmu, dan Masa Depan Manusia
            Agama dan ilmu dalam beberapa hal berbeda, namun pada sisi tertentu memiliki kesamaan. Agama lebih mengedepankan moralitasdan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual) cenderung ekslusif, dan subjektif. Sementara ilmu selalu mencari yang baru. Tidak perlu terikat dengan etika progresif. Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah mati, sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di dunia.
            Agama mendorong umatnya untuk menuntut ilmu hampir semua kitab suci menganjurkan umatnya untuk mencari ilmu sebanyak mungkin. Adapun menurut ilmu, gempa bumi terjadi akibat pergeseran lempengan bumi atau tersumbatnya lava gunung berapi oleh karena itu para ilmuan harus mencari ilmu da  n teknologi untuk mendektesi kapan gempa akan terjadi dan bahkan kala perlu mencari cara mengatasinya.
            Disini ilmudan teknologi tidak harus dilihat dari aspek yang sempit, tetapi harus dilihat dari tujuan jangka panjang dan untuk kepentingan kehidupan yang lebih abadi kalo visi ini yang diyakini oleh para ilmuwan dan agamawan maka harapan kehidupan ke depan akan lebih cerah dan sentosa tentu saja pemikiran-pemikiran seperti ini perlu dukungan dari berbagai pihak untuk terwujudnya masa depan yang lebih cerah.

























BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
            Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu system mengenai hukum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimen. Tidak dapat kita pungkiri bahwa perkembangan peradaban manusia yang ada pada saat ini merupakan bentuk desakan dari pengaruh berkembangnya aspek-aspek kehidupan di masa lalu. Manusia dengan alam pikirannya selalu melahirkan inovasi baru yang pada akhirnya memberikan efek saling tular serta membentuk sikap tertentu pada lingkungannya. Fenomena ini akan membawa kita kepada masa depan manusia yang berbeda dan lebih kompleks.
            Prediksi pada ilmuwan Barat yang menyatakan bahwa agama formal (organized religion) akan lenyap, atau setidaknya akan menjadi urusan pribadi, ketika iptek dan filsafat semakin berkembang, ternyata tidak terbukti. Sebaliknya, dewasa ini sedang terjadi proses artikulasi peran agama (formal) dalam berbagai jalur sosial, politik, ekonomi, bahkan dalam teknologi.
            Manusia yang berpikir filsafati, diharapkan bisa memahami filosofi kehidupan, mendalami unsur-unsur pokok dari ilmu yang ditekuninya secara menyeluruh sehingga lebih arif dalam memahami sumber, hakikat dan tujuan dari ilmu yang ditekuninya, termasuk pemanfaatannya bagi masyarakat.
            Mengutip sebuah kalimatnya Einstein, bahwa agama tanpa ilmu lumpuh namun ilmu tanpa agama buta. Kebutaan moral dari ilmu itu mungkin membawa manusia kejurang malapetaka. Jadi dalam kehidupan ini kedua bidang itu tak usah berseberangan, bahkan sebaliknya justru harus melengkapi satu sama lainnya. Ilmu pengetahuan dipelajari guna memperoleh penjelasan-penjelasan dari fenomena kehidupan ini, sedangkan agama memberikan kita akan tujuan makna atau arti kehidupan (fenomena) itu. Kemudian, ilmu itu berusaha menganalisa kehidupan memecah-mecah kehidupan jadi berkeping-keping memperdalam suatu masalah kehidupan ini, sedangkan agama memberikan pemahaman tunggal (sintesa) dari keberagaman fenomena yang terpampang didepan kita.

3.2    Saran
            Ilmu dan teknologi harus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia. Artinya ilmu dan teknologi menjadi instrumen penting dalam setiap proses pembangunan sebagai usaha untuk mewujudkan kemaslahatan hidup manusia seluruhnya. Untuk mencapai sasaran tersebut maka perlu dilakukan suatu upaya bahwa dalam mempelajari  ilmu pengetahuan dan menggunakan teknologi setiap individu perlu ditanamkan nilai-nilai moral( agama), sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia tersebut, tidak bebas nilai atau sekuler. Agar perkembangan ilmu yang ada tidak menimbulkan krisis pada kemanusiaan terutama mengenai kemerosotan agama yang mencakup nilai etika, moral, norma yang ada, dan agar perkembangan ilmu itu sendiri dapat menjadi manfaat bagi kehidupan dalam segala bidang.
















DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/Filsafat-Ilmu

Amsal bakhtiar, filsafat ilmu, rajawali press. Jakarta. 2009

http://filsafat.ugm.ac.id/downloads/artikel/agama-krisis.pdf

Daruni,EA. 1991. Hubungan Ilmu dan Kebudayaan dalam Majalah Jurnal Filsafat. Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta. Seri 8

http://meetabied.wordpress.com/2009/11/01/kedudukan-filsafat-ilmu-dalamislamisasi-ilmu-pengetahuan-dan-kontribusinya-dalam-krisis-masyarakat-modern/

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/teori-ilmu